Sabtu, 09 November 2013

PENULISAN DAN KODIFIKASI HADIS



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5uPA-h8-b6oQErSJHqfqh36DETv1tJcA9Neh-_7q0eZRLmHUKWKkKLn4URUcJEl7DcMEgGFG-0aTlfGmQMo0TiXCRQMWh2mn3StNyNB7aPlKSRe3uVrOJQ8DPX4CcRXlpXgZZq0zcGEU/s320/Kitab+Hadits.jpg

1.      Penulisan Hadis Pada Masa Nabi SAW
Bangsa Arab sebelum Islam sudah mengenal tulisan, hal ini terbukti dari beberapa tulisan sya'ir-sya'ir Arab yang terkenal dengan al-Mu'allaqât (sya'ir-sya'ir yang digantungkan di dinding ka'bah) pada masa Jahiliyyah, juga khutbah-khutbah dan lain-lain. Namun begitu, menulis di kalangan bangsa Quraisy memang belum membudaya, sehingga kebanyakan masyarakat Quraisy, khususnya, waktu itu banyak yang belum bisa menulis.
Setelah Nabi Muhammad SAW diutus menjadi Nabi, budaya menulis semakin meluas. Hal ini disebabkan oleh karena Islam juga mendorong umatnya untuk membaca dan menulis, sehingga kita ketahui bahwa setelah perang Badar, tawanan kafir Quraisy yang bisa menulis bisa bebas jika telah mengajarkan menulis kepada 10 orang anak-anak Madinah (Islam). Di samping itu Nabi Muhammad SAW juga telah mengangkat beberapa orang penulis wahyu.
Untuk penulisan Al-Qur'an, telah kita ketahui, Nabi SAW selalu memerintahkan kepada sahabat beliau untuk menuliskannya setiap turun wahyu. Yang menjadi permasalahan adalah adanya riwayat larangan Nabi Muhammad SAW untuk menulis selain Al-Qur'an, namun begitu juga ada riwayat yang mempebolehkan untuk menulis selain Al-Qur'an. Oleh karena itu, perlu kiranya diungkapkan terlebih dahulu riwayat tersebut.
Pertama, riwayat tentang larangan menulis selain Al-Qur'an:
1-     عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: "لا تكتبوا عني، ومن كتب عني غير القرآن فليمحه". رواه مسلم
Dari Abû Sa'îd al-Khudrî RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Kalian jangan menulis dariku, barangsiapa menulis dariku selain Al-Qur'an supaya dihapus". H.R. Muslim
2-     قال أبو سعيد الخدري: "جهدنا بالنبي صلى الله عليه وسلم أن يأذن لنا في الكتاب فأبى". وفي رواية عنه قال: "استأذنّا النبي صلى الله عليه وسلم في الكتابة فلم يأذن لنا".
Abû Sa'îd al-Khudrî berkata: "Kami mendesak agar Nabi SAW memberi izin kepada kami untuk menulis, tetapi Nabi SAW menolak". Dalam riwayat lain: "Kami mohon izin kepada Nabi SAW untuk menulis, beliau SAW tidak memberi izin kepada kami".
3-   عن أبي هريرة رضي الله عنه أنه قال: خرج رسول الله صلى الله عليه وسلم ونحن نكتب الأحاديث، فقال: "ما هذا الذي تكتبون؟" قلنا: أحاديث نسمعها منك". قال: "كتاب غير كتاب الله؟ أتدرون؟ ما ضل الأمم قبلكم إلا بما اكتتبوا من الكتب مع كتاب الله تعالى".
Dari Abû Hurairah RA, dia berkata: Rasulullah SAW keluar pada saat kami sedang menulis hadis, lalu beliau SAW bertanya: "Apa yang kalian tulis ini?", kami menjawab: "Hadis-hadis yang kami dengar darimu". Beliau bersabda: "Kitab selain kitab Allah? Tahukah kalian? Umat-umat sebelum kalian sesat gara-gara menulis kitab-kitab bersama kitabullah Ta'âlâ".

Kedua, riwayat yang memperbolehkan menulis selain Al-Qur'an:
1-   قال عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما: كنت أكتب كل شيء أسمعه من رسول الله صلى الله عليه وسلم، أريد حفظه، فنهتني قريش وقالوا: "تكتب كل شيء سمعته عن رسول الله صلى الله عليه وسلم ورسول الله صلى الله عليه وسلم بشر يتكلم في الغضب والرضا؟"، فأمسكت عن الكتابة، فذكرت ذلك لرسول الله صلى الله عليه وسلم، فأومأ بأصبعه إلى فيه وقال: "اكتب، فوالذي نفسي بيده، ما خرج منه إلا حق".
'Abdullâh ibn 'Amr ibn al-'Âsh RA berkata: saya menulis segala sesuatu yang saya dengar dari Rasulullah SAW, saya ingin menghafalkannya, tapi orang-orang Quraisy melarangku dengan berkata: "Engkau menulis segala sesuatu yang engkau dengar dari Rasulullah SAW, padahal Rasulullah SAW itu manusia biasa yang berbicara pada saat marah dan senang?". Setelah itu saya tidak lagi menulis, lalu hal itu saya sampaikan kepada Rasulullah SAW, ternyata beliau SAW memberi isyarat dengan tangannya ke mulutnya sambil bersabda: "Tulislah, demi Dzat yang diriku ada pada kekuasaanNya, yang keluar dari sini pasti benar".
2-     قال أبو هريرة رضي الله عنه: "ما من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم أحد أكثر حديثا عنه مني إلا ما كان من عبد الله بن عمرو، فإنه كان يكتب ولا أكتب".
Abu Hurairah RA berkata: "Di antara Sahabat Nabi SAW tidak ada seorang pun yang lebih banyak hadisnya daripadaku selain 'Abdullah ibn 'Amr, hanya saja dia menulis hadis sedang saya tidak menulis".
3-   عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رجلا من الأنصار كان يشهد حديث رسول الله صلى الله عليه وسلم فلا يحفظه، فيسأل أبا هريرة فيحدثه، ثم شكا قلة حفظه إلى الرسول صلى الله عليه وسلم، فقال له النبي صلى الله عليه وسلم: "استعن على حفظك بيمينك".
Dari Abû Hurairah RA bahwa ada seseorang dari Anshâr yang mendengar hadis Rasulullah SAW tetapi dia tidak hafal, lalu dia bertanya kepada Abû Hurairah dan diberi hadis. Kemudian orang itu mengadukan kesuliatan hafalannya kepada Rasulullah SAW, lalu Nabi SAW bersabda: "Mintalah bantuan untuk hafalanmu itu dengan tangan kananmu".
4-     عن رافع بن خديج أنه قال: قلنا: "يا رسول الله، إنا نسمع منك أشياء، أفنكتبها؟"، قال: "اكتبوا ولا حرج".
Dari Rafi' ibn Khudaij dia berkata: Kami berkata: "Hai Rasulullah, Kami mendengar beberapa hal dari engkau, apakah boleh kami menulisnya?", beliau SAW menjawab: "Tulislah, tidak apa-apa".
5-     عن أنس بن مالك أنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "قيدوا العلم بالكتاب".
Dari Anas ibn Mali RA dia berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Ikatlah ilmu dengan tulisan".
6-     روي عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه كتب كتاب الصدقات والديات والفرائض والسنن لعمرو بن حزم وغيره.
Ada riwayat dari Rasulullah SAW bahwa beliau SAW menulis aturan zakat, diyat, warisan dan sunah-sunah kepada 'Amr ibn Hazm dan lain-lain.
7-   عن أبي هريرة رضي الله عنه أنه لما فتح الله على رسول الله صلى الله عليه وسلم مكة، قام الرسول صلى الله عليه وسلم وخطب في الناس، فقام رجل من أهل اليمن يقال له أبو شاه، فقال: يا رسول الله، اكتبوا لي، فقال: "اكتبوا له".
Dari Abû Hurairah RA bahwa ketika terjadi Fathu Makkah Rasulullah SAW berdiri dan khutbah di hadapan orang banyak, lalu ada seseorang dari Yaman, yang bernama Abû Syâh, berdiri sambil berkata: "Ya Rasulullah, tuliskan untukku". Beliau bersabda: "Tuliskan untuknya (Abû Syâh)".
8-   قال ابن عباس رضي الله عنهما: لما اشتدّ بالنبي صلى الله عليه وسلم وجعه قال: "ايتوني بكتاب أكتب لكم كتابا لا تضلوا من بعده"، قال عمر: "إن النبي صلى الله عليه وسلم غلبه الوجع، وعندنا كتاب الله حسبنا". فاختلفوا وكثر اللغط. قال: "قوموا عني، ولا ينبغي عندي التنازع".
Ibn 'Abbâs RA berkata: Ketika sakit Nabi SAW semakin kritis beliau bersabda: "Ambilkan kertas untuk aku tuliskan kepada kalian kitab yang kalian tidak akan sesat setelah ini". 'Umar berkata: "Sesungguhnya Nabi SAW sedang sangat kritis, sementara kita sudah mempunyai kitabullah, itu sudah cukup bagi kita". Lalu terjadi perselisihan di antara para sahabat bahkan sangat gaduh, lalu Nabi SAW bersabda: "Pergilah kalian dari sampingku, tidak pantas ada perselisihan di sampingku.

Dari beberapa riwayat di atas seakan terjadi pertentangan antara hadis-hadis kelompok pertama dengan hadis-hadis kelompok kedua. Di sini bisa dilakukan kajian untuk mengetahui bahwa sebenarnya tidak ada pertentangan antara beberapa hadis di atas dengan cara mempertemukan hadis-hadis tersebut sebagai berikut:
a.       Larangan menulis itu terjadi pada masa awal Islam, sehingga terjadi kekhawatiran tercampurnya Al-Qur'an dengan Hadis, sementara setelah jumlah umat Islam bertambah banyak dan mereka sudah tahu mana Al-Qur'an dan mana yang bukan Al-Qur'an, kekhawatiran ini dengan sendirinya hilang, sehingga menulis hadis diperbolehkan. Dan di sini terjadi penghapusan yang awal, yaitu larangan menulis hadis. Atau juga bisa dipahami bahwa larangan itu pada penulisan hadis dengan Al-Qur'an dalam satu lembaran, yang mana Rasulullah SAW menafsirkan wahyu yang dibacakan, tafsir Rasulullah SAW ini dilarang untuk ditulis dalam lembaran tersebut, karena ada kekhawatiran terjadi percampuran Al-Qur'an dengan Hadis yang tidak bisa dibedakan.
b.      Larangan itu ditujukan kepada orang yang memang mempunyai kekuatan hafalan yang tinggi, sementara perintah menulis hadis ditujukan kepada orang yang kekuatan hafalannya rendah.
c.       Larangan itu bagi orang umum sementara perintah kepada orang-orang khusus yang memang mempunyai keahlian menulis yang diyakini tidak terjadi kesalahan menulis pada orang-orang tersebut, sehingga kemurnian hadis bisa dipertanggungjawabkan.

2.      Kodifikasi Hadis
Telah masyhur di kalangan Ulama` bahwa orang pertama yang secara resmi (dari umarâ`) memerintahkan kodifikasi hadis adalah 'Umar ibn 'Abd al-'Azîz. Akan tetapi ada riwayat yang menyatakan bahwa sebelum 'Umar ibn 'Abd al-'Azîz sudah ada yang memerintahkan secara resmi, yaitu ayah 'Umar sendiri, 'Abd al-'Azîz ibn Marwan (w. 85 H) saat menjadi gubernur di Mesir. Dia memerintahkan Katsîr ibn Murrah al-Hadhramî, seorang Ulama` dari Homs, untuk menulis hadis-hadis yang didengar dari para Sahabat.
Usaha 'Abd al-'Azîz ini kemudian diteruskan oleh putranya, 'Umar, sewaktu menjadi khalifah. Dia menulis sendiri dan mendorong kepada para Ulama` untuk menulis dan mengumpulkan hadis. Usaha 'Umar ini dilakukan karena adanya kekhawatiran hilangnya hadis Rasulullah SAW, di samping juga dalam rangka menjaga kemurnian hadis. Pada waktu itu sudah ada usaha-usaha untuk membuat hadis-hadis palsu karena terjadi perbedaan aliran politik dan madzhab.
Ulama` yang didorong untuk menulis dan mengumpulkan hadis antara lain adalah Ibn Syihâb az-Zuhrî (w. 124 H). Abû Bakr Muhammad ibn 'Amr ibn Hazm (w. 117 H), gubernur Madinah pada masanya, diperintahkan untuk mengumpulkan hadis dari Ulama` di Madinah, antara lain 'Umrah binti 'Abd ar-Rahmân (w. 98) dan al-Qâsim ibn Muhammad (w. 107). Di samping itu, 'Umar ibn 'Abd al-'Azîz juga mengirim surat kepada seluruh gubernur untuk mendorong para Ulama` di wilayahnya untuk mengumpulkan hadis.
Setelah itu muncul beberapa Ulama` yang mengkodifikasikan hadis dengan dibuat sistematika bab per bab, antara lain adalah 'Abd al-Malik ibn 'Abd al-'Azîz ibn Juraij (w. 150 H) di Mekah, Malik ibn Anas (93-179 H) dan Muhammad ibn Ishâq (w. 151 H) di Madinah, Muhammad ibn 'Abd ar-Rahmân ibn Abu Dzi`b (80-158 H), ar-Rabî' ibn Shabîh (w. 160 H) Sa'îd ibn Abû 'Urûbah (w. 156 H), Hammâd ibn Salamah (w. 167 H) di Basrah, Sufyan ats-Tsaurî (97-161 H) di Kufah, dan masih banyak lagi.
Kemudian banyak Ulama` yang mengikuti jejak pendahulunya dengan mengumpulkan hadis, namun hadis-hadis yang dikumpulkan ini masih banyak tercampur dengan fatwa dan komentar para sahabat, baru setelah itu ada usaha untuk menyendirikan hadis-hadis Nabi SAW dari lainnya, namun belum ada pembedaan antara hadis sahih dan dha'if, baru muncul Imam Bukhârî (194-256 H) yang mengumpulkan hadis-hadis sahih dalam al-Jâmi' ash-Shahîhnya, disusul kemudian oleh Imam Muslim (204-261 H) dan ahli-ahli hadis yang lain.
Namun begitu, sebenarnya telah ada kodifikasi pada masa Rasulullah SAW yang dilakukan oleh pribadi-pribadi para sahabat, sehingga bisa kita fahami bahwa kodifikasi hadis sudah ada sebelum ada perintah resmi dari 'Umar ibn 'Abd al-'Azîz, seperti yang dilakukan oleh 'Abdullâh ibn 'Amr ibn 'al-'Âsh dan 'Abdullâh ibn 'Umar. Dengan begitu, kodifikasi hadis sudah terjadi sejak Rasulullah SAW masih hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar