
1. Penulisan Hadis Pada Masa Nabi SAW
Bangsa Arab sebelum Islam sudah mengenal tulisan, hal ini terbukti dari
beberapa tulisan sya'ir-sya'ir Arab yang terkenal dengan al-Mu'allaqât
(sya'ir-sya'ir yang digantungkan di dinding ka'bah) pada masa Jahiliyyah, juga
khutbah-khutbah dan lain-lain. Namun begitu, menulis di kalangan bangsa Quraisy
memang belum membudaya, sehingga kebanyakan masyarakat Quraisy, khususnya,
waktu itu banyak yang belum bisa menulis.
Setelah Nabi Muhammad SAW diutus menjadi Nabi, budaya menulis semakin
meluas. Hal ini disebabkan oleh karena Islam juga mendorong umatnya untuk
membaca dan menulis, sehingga kita ketahui bahwa setelah perang Badar, tawanan
kafir Quraisy yang bisa menulis bisa bebas jika telah mengajarkan menulis
kepada 10 orang anak-anak Madinah (Islam). Di samping itu Nabi Muhammad SAW
juga telah mengangkat beberapa orang penulis wahyu.
Untuk penulisan Al-Qur'an, telah kita ketahui, Nabi SAW selalu memerintahkan
kepada sahabat beliau untuk menuliskannya setiap turun wahyu. Yang menjadi
permasalahan adalah adanya riwayat larangan Nabi Muhammad SAW untuk menulis
selain Al-Qur'an, namun begitu juga ada riwayat yang mempebolehkan untuk
menulis selain Al-Qur'an. Oleh karena itu, perlu kiranya diungkapkan terlebih
dahulu riwayat tersebut.
Pertama, riwayat tentang larangan menulis selain Al-Qur'an:
1- عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه، أن رسول الله صلى الله
عليه وسلم قال: "لا تكتبوا عني، ومن كتب عني غير القرآن فليمحه". رواه
مسلم
Dari Abû Sa'îd al-Khudrî RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Kalian
jangan menulis dariku, barangsiapa menulis dariku selain Al-Qur'an supaya
dihapus". H.R. Muslim
2- قال أبو سعيد الخدري: "جهدنا بالنبي صلى الله عليه
وسلم أن يأذن لنا في الكتاب فأبى". وفي رواية عنه قال: "استأذنّا النبي
صلى الله عليه وسلم في الكتابة فلم يأذن لنا".
Abû Sa'îd al-Khudrî berkata: "Kami mendesak agar Nabi SAW memberi
izin kepada kami untuk menulis, tetapi Nabi SAW menolak". Dalam riwayat
lain: "Kami mohon izin kepada Nabi SAW untuk menulis, beliau SAW tidak
memberi izin kepada kami".
3- عن أبي هريرة رضي الله عنه أنه قال: خرج رسول الله صلى
الله عليه وسلم ونحن نكتب الأحاديث، فقال: "ما هذا الذي تكتبون؟" قلنا:
أحاديث نسمعها منك". قال: "كتاب غير كتاب الله؟ أتدرون؟ ما ضل الأمم قبلكم
إلا بما اكتتبوا من الكتب مع كتاب الله تعالى".
Dari Abû Hurairah RA, dia berkata: Rasulullah SAW keluar pada saat kami
sedang menulis hadis, lalu beliau SAW bertanya: "Apa yang kalian tulis
ini?", kami menjawab: "Hadis-hadis yang kami dengar darimu". Beliau
bersabda: "Kitab selain kitab Allah? Tahukah kalian? Umat-umat sebelum
kalian sesat gara-gara menulis kitab-kitab bersama kitabullah Ta'âlâ".
Kedua, riwayat yang memperbolehkan
menulis selain Al-Qur'an:
1- قال عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما: كنت أكتب
كل شيء أسمعه من رسول الله صلى الله عليه وسلم، أريد حفظه، فنهتني قريش وقالوا:
"تكتب كل شيء سمعته عن رسول الله صلى الله عليه وسلم ورسول الله صلى الله
عليه وسلم بشر يتكلم في الغضب والرضا؟"، فأمسكت عن الكتابة، فذكرت ذلك لرسول
الله صلى الله عليه وسلم، فأومأ بأصبعه إلى فيه وقال: "اكتب، فوالذي نفسي
بيده، ما خرج منه إلا حق".
'Abdullâh ibn 'Amr ibn al-'Âsh RA berkata: saya menulis segala sesuatu
yang saya dengar dari Rasulullah SAW, saya ingin menghafalkannya, tapi
orang-orang Quraisy melarangku dengan berkata: "Engkau menulis segala
sesuatu yang engkau dengar dari Rasulullah SAW, padahal Rasulullah SAW itu
manusia biasa yang berbicara pada saat marah dan senang?". Setelah itu
saya tidak lagi menulis, lalu hal itu saya sampaikan kepada Rasulullah SAW,
ternyata beliau SAW memberi isyarat dengan tangannya ke mulutnya sambil
bersabda: "Tulislah, demi Dzat yang diriku ada pada kekuasaanNya, yang
keluar dari sini pasti benar".
2- قال أبو هريرة رضي الله عنه: "ما من أصحاب النبي
صلى الله عليه وسلم أحد أكثر حديثا عنه مني إلا ما كان من عبد الله بن عمرو، فإنه
كان يكتب ولا أكتب".
Abu Hurairah RA berkata: "Di antara Sahabat Nabi SAW tidak ada
seorang pun yang lebih banyak hadisnya daripadaku selain 'Abdullah ibn 'Amr,
hanya saja dia menulis hadis sedang saya tidak menulis".
3- عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رجلا من الأنصار كان يشهد
حديث رسول الله صلى الله عليه وسلم فلا يحفظه، فيسأل أبا هريرة فيحدثه، ثم شكا قلة
حفظه إلى الرسول صلى الله عليه وسلم، فقال له النبي صلى الله عليه وسلم:
"استعن على حفظك بيمينك".
Dari Abû Hurairah RA bahwa ada seseorang dari Anshâr yang mendengar
hadis Rasulullah SAW tetapi dia tidak hafal, lalu dia bertanya kepada Abû
Hurairah dan diberi hadis. Kemudian orang itu mengadukan kesuliatan hafalannya
kepada Rasulullah SAW, lalu Nabi SAW bersabda: "Mintalah bantuan untuk
hafalanmu itu dengan tangan kananmu".
4- عن رافع بن خديج أنه قال: قلنا: "يا رسول الله، إنا
نسمع منك أشياء، أفنكتبها؟"، قال: "اكتبوا ولا حرج".
Dari Rafi' ibn Khudaij dia berkata: Kami berkata: "Hai Rasulullah,
Kami mendengar beberapa hal dari engkau, apakah boleh kami menulisnya?",
beliau SAW menjawab: "Tulislah, tidak apa-apa".
5- عن أنس بن مالك أنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه
وسلم: "قيدوا العلم بالكتاب".
Dari Anas ibn Mali RA dia berkata, Rasulullah SAW bersabda:
"Ikatlah ilmu dengan tulisan".
6- روي عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه كتب كتاب
الصدقات والديات والفرائض والسنن لعمرو بن حزم وغيره.
Ada riwayat dari Rasulullah SAW bahwa beliau SAW menulis aturan zakat,
diyat, warisan dan sunah-sunah kepada 'Amr ibn Hazm dan lain-lain.
7- عن أبي هريرة رضي الله عنه أنه لما فتح الله على رسول
الله صلى الله عليه وسلم مكة، قام الرسول صلى الله عليه وسلم وخطب في الناس، فقام
رجل من أهل اليمن يقال له أبو شاه، فقال: يا رسول الله، اكتبوا لي، فقال:
"اكتبوا له".
Dari Abû Hurairah RA bahwa ketika terjadi Fathu Makkah Rasulullah SAW
berdiri dan khutbah di hadapan orang banyak, lalu ada seseorang dari Yaman,
yang bernama Abû Syâh, berdiri sambil berkata: "Ya Rasulullah, tuliskan
untukku". Beliau bersabda: "Tuliskan untuknya (Abû Syâh)".
8- قال ابن عباس رضي الله عنهما: لما اشتدّ بالنبي صلى الله
عليه وسلم وجعه قال: "ايتوني بكتاب أكتب لكم كتابا لا تضلوا من بعده"،
قال عمر: "إن النبي صلى الله عليه وسلم غلبه الوجع، وعندنا كتاب الله
حسبنا". فاختلفوا وكثر اللغط. قال: "قوموا عني، ولا ينبغي عندي
التنازع".
Ibn
'Abbâs RA berkata: Ketika sakit Nabi SAW semakin kritis beliau bersabda:
"Ambilkan kertas untuk aku tuliskan kepada kalian kitab yang kalian tidak
akan sesat setelah ini". 'Umar berkata: "Sesungguhnya Nabi SAW sedang
sangat kritis, sementara kita sudah mempunyai kitabullah, itu sudah cukup bagi
kita". Lalu terjadi perselisihan di antara para sahabat bahkan sangat
gaduh, lalu Nabi SAW bersabda: "Pergilah kalian dari sampingku, tidak
pantas ada perselisihan di sampingku.
Dari beberapa riwayat di atas seakan terjadi pertentangan antara hadis-hadis
kelompok pertama dengan hadis-hadis kelompok kedua. Di sini bisa dilakukan
kajian untuk mengetahui bahwa sebenarnya tidak ada pertentangan antara beberapa
hadis di atas dengan cara mempertemukan hadis-hadis tersebut sebagai berikut:
a. Larangan menulis itu terjadi pada masa awal Islam,
sehingga terjadi kekhawatiran tercampurnya Al-Qur'an dengan Hadis, sementara
setelah jumlah umat Islam bertambah banyak dan mereka sudah tahu mana Al-Qur'an
dan mana yang bukan Al-Qur'an, kekhawatiran ini dengan sendirinya hilang,
sehingga menulis hadis diperbolehkan. Dan di sini terjadi penghapusan yang
awal, yaitu larangan menulis hadis. Atau juga bisa dipahami bahwa larangan itu
pada penulisan hadis dengan Al-Qur'an dalam satu lembaran, yang mana Rasulullah
SAW menafsirkan wahyu yang dibacakan, tafsir Rasulullah SAW ini dilarang untuk
ditulis dalam lembaran tersebut, karena ada kekhawatiran terjadi percampuran
Al-Qur'an dengan Hadis yang tidak bisa dibedakan.
b. Larangan itu ditujukan kepada orang yang memang
mempunyai kekuatan hafalan yang tinggi, sementara perintah menulis hadis
ditujukan kepada orang yang kekuatan hafalannya rendah.
c. Larangan itu bagi orang umum sementara perintah kepada
orang-orang khusus yang memang mempunyai keahlian menulis yang diyakini tidak terjadi
kesalahan menulis pada orang-orang tersebut, sehingga kemurnian hadis bisa
dipertanggungjawabkan.
2. Kodifikasi Hadis
Telah masyhur di kalangan Ulama` bahwa orang pertama yang secara resmi
(dari umarâ`) memerintahkan kodifikasi hadis adalah 'Umar ibn 'Abd
al-'Azîz. Akan tetapi ada riwayat yang menyatakan bahwa sebelum 'Umar ibn 'Abd
al-'Azîz sudah ada yang memerintahkan secara resmi, yaitu ayah 'Umar sendiri,
'Abd al-'Azîz ibn Marwan (w. 85 H) saat menjadi gubernur di Mesir. Dia
memerintahkan Katsîr ibn Murrah al-Hadhramî, seorang Ulama` dari Homs, untuk
menulis hadis-hadis yang didengar dari para Sahabat.
Usaha 'Abd al-'Azîz ini kemudian diteruskan oleh putranya, 'Umar,
sewaktu menjadi khalifah. Dia menulis sendiri dan mendorong kepada para Ulama`
untuk menulis dan mengumpulkan hadis. Usaha 'Umar ini dilakukan karena adanya
kekhawatiran hilangnya hadis Rasulullah SAW, di samping juga dalam rangka
menjaga kemurnian hadis. Pada waktu itu sudah ada usaha-usaha untuk membuat
hadis-hadis palsu karena terjadi perbedaan aliran politik dan madzhab.
Ulama` yang didorong untuk menulis dan mengumpulkan hadis antara lain
adalah Ibn Syihâb az-Zuhrî (w. 124 H). Abû Bakr Muhammad ibn 'Amr ibn Hazm (w.
117 H), gubernur Madinah pada masanya, diperintahkan untuk mengumpulkan hadis
dari Ulama` di Madinah, antara lain 'Umrah binti 'Abd ar-Rahmân (w. 98) dan
al-Qâsim ibn Muhammad (w. 107). Di samping itu, 'Umar ibn 'Abd al-'Azîz juga
mengirim surat kepada seluruh gubernur untuk mendorong para Ulama` di
wilayahnya untuk mengumpulkan hadis.
Setelah itu muncul beberapa Ulama` yang mengkodifikasikan hadis dengan
dibuat sistematika bab per bab, antara lain adalah 'Abd al-Malik ibn 'Abd
al-'Azîz ibn Juraij (w. 150 H) di Mekah, Malik ibn Anas (93-179 H) dan Muhammad
ibn Ishâq (w. 151 H) di Madinah, Muhammad ibn 'Abd ar-Rahmân ibn Abu Dzi`b
(80-158 H), ar-Rabî' ibn Shabîh (w. 160 H) Sa'îd ibn Abû 'Urûbah (w. 156 H),
Hammâd ibn Salamah (w. 167 H) di Basrah, Sufyan ats-Tsaurî (97-161 H) di Kufah,
dan masih banyak lagi.
Kemudian banyak Ulama` yang mengikuti jejak pendahulunya dengan
mengumpulkan hadis, namun hadis-hadis yang dikumpulkan ini masih banyak
tercampur dengan fatwa dan komentar para sahabat, baru setelah itu ada usaha
untuk menyendirikan hadis-hadis Nabi SAW dari lainnya, namun belum ada
pembedaan antara hadis sahih dan dha'if, baru muncul Imam Bukhârî (194-256 H)
yang mengumpulkan hadis-hadis sahih dalam al-Jâmi' ash-Shahîhnya, disusul
kemudian oleh Imam Muslim (204-261 H) dan ahli-ahli hadis yang lain.
Namun begitu, sebenarnya telah ada kodifikasi pada masa Rasulullah SAW
yang dilakukan oleh pribadi-pribadi para sahabat, sehingga bisa kita fahami
bahwa kodifikasi hadis sudah ada sebelum ada perintah resmi dari 'Umar ibn 'Abd
al-'Azîz, seperti yang dilakukan oleh 'Abdullâh ibn 'Amr ibn 'al-'Âsh dan
'Abdullâh ibn 'Umar. Dengan begitu, kodifikasi hadis sudah terjadi sejak
Rasulullah SAW masih hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar