BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Fenomena Seks Bebas atau dengan nama lain Free Sex
berasal dari bahasa Inggris yang mempunyai arti sama yaitu seks bebas, pada
beberapa tahun terakhir ini banyak diperbincangkan di dalam semua lapisan
masyarakat, sosial media dan forum-forum formal maupun informal. Fenomena ini
banyak menyedot anime masyarakat di berbagai tempat khususnya di Indonesia
untuk memberikan pengikat agar tidak menjamur di masyarakat. Berbagi carapun
dilakukan demi terselamatkannya mereka dan keluarga mereka dari bahaya seks
bebas yang akhir-akhir ini memang sangat memprihatinkan.
Bahkan akhir-akhir ini terdengat wacana tentang
diadakannya Pekan Kondom Nasional 2013 yang katanya program ini dipelopori oleh
MENKES (Menteri Kesehatan), program ini dimaksudkan untuk menjadi ajang
kampanye besar-besaran untuk sosialisasi pemakaian kondom pada masyarakat. Pada
dasarnya PKN sendiri untuk memperingati hari HIV/AIDS sedunia, dari Menteri
Kesehatan Dr Nafsiah Mboi, sebagaimana dikutip Detik dalam Konferensi Pers Hari
AIDS Sedunia di Sekretariat Komiter Penanggulangan AIDS Nasional, Jl Johar
Menteng, Jakarta, Sabtu (30/11/2013), mengatakan tujuan Pekan Kondom Nasional
untuk mengurangi penularan virus HIV melalui perilaku seks berisiko. Dimana
hingga Juni 2013, pengidap HIV dan AIDS yang tercatat oleh KPAN sebanyak 10.210
pengidap HIV dan 780 pengidap AIDS. Sebenarnya sampai hari Sabtu kemaren, 7
Desember 2013, Kementrian Kesehatan menggagas Pekan Kondom Nasional yang
digelar oleh Komisi Penanggulangan Aids Nasional (KPAN) dengan tujuan untuk
mengedukasi generasi muda tentang kesehatan alat reproduksi dan ancaman
penyakit HIV-AIDS. Dalam operasionalnya Pekan Kondom Nasional menggunakan bus
konsultasi yang akan berkeliling ke kamus-kampus dan beberapa tempat berkumpul
anak muda.
Dari sini banyak terjadi Pro dan Kontra dalam masyarakat dari
fenomena PKN tersebut, banyak dari masyarakat memberikan tanggapan negatif
khususnya lewat jejaring sosial terkait Pekan Kondom nasional (PKN) 2013 yang
digelar 1-7 Desember 2013 sebagai pesta seks dibantah Komisi Penanggulan AIDS
Provinsi (KPAP) DKI Jakarta, tapi tidak sedikit pula yang memberikan tanggapan
positif terkait Pekan Kondom Nasional 2013. Banyak terjadi penolakan-penolakn
yang nyata dari berbagai lapisan masyarakat tentang PKN 2013 ini, terlebih dari
banyak ormas-ormas keagamaan yang mengecam program yang diselenggarakan oleh
Menteri Kesehatan tersebut. Setelah
mendapatkan penolakan dari sejumlah pihak termasuk organisasi keagamaan,
akhirnya Panitia penyelenggara Pekan Kondom Nasional 2013 membatalkan acara
yang rencananya akan digelar mulai tanggal 1 hingga 7 Desember. meskipun sudah
resmi dihentikan masih hangat-hangatnya wacana ini diberbincangkan oleh
masyarakat. Berangkat dari sinilah peneliti memiliki ketertarikan untuk
mengangkat tema ini dalam makalah penelitian ini.
- Rumusan Masalah
Ada beberapa
tarjet yang menjadi pembahasan peneliti fokuskan di dalamnya dan agar mempunyai
batasan dalam pembahasan makalah ini, yaitu:
v Tanggapan
masyarakat terhadap fenomena Pekan
Kondom Nasional 2013.
v Dampak yang
timbul dari wacana Pekan Kondom Nasional 2013.
v Dampak yang
timbul apabila PKN 2013 benar-benar terealisasikan sesuai jadwal yang telah
direncanakan.
- Tujuan Penelitian
Tujuan peneliti
melakukan penelitian tentang Pekan Kondom Nasional 2013 yang diadakan oleh
Mentri Kesehatan, adalah:
Ø Agar mengetahui
yang sebenarnya tentang wacana Pekan Kondom Nasional (PKN) 2013.
Ø Agar mengetahu
tanggapan-tanggapan dari berbagai lapisan masyarakat terkait fenomena Pekan
kondom Nasional (PKN) 2013.
- Metode Penelitian
1. Lokasi
Penelitian
Kami
memfokuskan penelitian ini di daerah Yogyakarta dan sekitarnya, tapi peneliti
juga tidak menutup kemungkinan untuk menggali informasi dari luar daerah
tersebut
2. Waktu
Penelitian
Kami memulai
melakukan penelitian ini sejak mencuatnya wacana tentang Pekan Kondom Nasional
2013, namun kami bisa dikatakan benar-benar melakukan penelitin pada tanggal 5
– 13 Desember 2013
3. Jenis
Penelitian
Jenis
penelitian yang digunakan di dalam makalah ini adalah jenis penelitian kualitatif
dan bersifat deskriftif dan induktif. Pada penelitian ini, penelitian sebuah
fenomena berangkat dari data yang ada, bukan dari teori.
Menurut Strauss
dan Corbin Penelitian kuantitatif merupakan jenis penelitian yang
membuahkan berbagai penemuan yang tidak dapat dicapai dan diperoleh dengan
menggunakan data statistik seperti layaknya apa yang digunakan di dalam
penelitian kuantitatif. Dalam penelitian kuantitatif yang digunakan di dalam
metode penelitian adalah apa yang ada di dalam masyarakat, sejarah, tingkah
laku, aktifitas sosial dan juga beberapa hal di dalam masyarakat yang lain.
Metode yang
dipakai ini adalah untuk mrnghasilkan sebuah kesimpulan yang ada di balik
segala hal yang terjadi di dalam masyarakat tersebut. Terkadang apa yang terjadi
tersebut dianggap sebagai sebuah hal yang sulit untuk dimengerti sehingga
dibutuhkan data penjelas untuk memahami hal tersebut.
4. Populasi dan Sampel
Populasi yang
kami pakai dalam penelitian ini adalah semua dari lapisan masyarakat yang
berada di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya, tapi juga seperti yang
telah di tulis di atas kami tidak menutup kemungkinan mencari informasi dari
luar.
Dan kami
mengambil sampel dengan metode teknik sampling random atau random
sampling bertingkat yang termasuk dalam kategori sampling probabilitas.
Karena dalam hal ini peneliti membagi jenis populasi dalam beberapa golongan, yaitu:
Ø Masyarakat
biasa (warga sipil).
Ø Masyarakat
Menengah ke atas.
Ø Pelajar/Mahasiswa.
5. Teknik
Pengumpulan Data
Dikarenakan ada
beberapa kategori sample yang akan digunakan oleh peneliti, maka untuk
memperoleh hasil yang akurat maka peneliti menggunakan 2 teknik pengumpulan
data, yaitu:
v Teknik
Wawancara (Interviews)
Bisa dikatakan
peneliti lebih mengedepankan teknik ini, karena dengan ini peneliti lebih
mengetahui tentang “Pro dan Kontra” tentang wacana yang ada di masyarakat,
seperti tema yang diangkat di dalam makalah ini. Ada bebera alasan yang menjadi
alasan peneliti lebih mengutamakan teknik wawancara ini yaitu peneliti
mendapatkan informasi secara langsung, serta memperoleh informasi lebih cepat, memperoleh
informasi secara mendalam, memungkinkan peneliti untuk mengembangkan
pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan situasi yang berkembang, peneliti juga
dapat menilai kebenaran jawaban yang diberikan dari gerak-gerik dan raut wajah
orang yang diwawancarai. Tapi itu semua juga tidak lepas dari
kekurangan-kekurangan dari tehnik ini, untuk kekurangan dikarenakan keahlian
individu dari pewawancara tersebut. Semua mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Dalam teknik
ini peneliti memakai beberapa cara,
diantaranya adalah langsung melakukan wawancara tatap muka (Personal atau
Face-to-face Interviews), wawancara melalui telepon (Telephone Interviews) dan
melakukan umpah persoalan didalam jejaring sosial.
v Teknik
Observasi (Pengamatan)
Peneliti juga
tidak mengesampingkan teknik ini, teknik ini menjadi cara yang digunakan
setelah melakuan teknik wawancara menurut peneliti teknik ini guna melihat
realita dan keadaan yang benar-benar terjadi dari hasil wawancara. Menurut
Nawawi & Martini (1991) observasi adalah pengamatan dan pencatatan
secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau
gejala-gejala dalam objek penelitian.
Dalam
penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memehami proses terjadinya
wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi yang
akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama
wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga
dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.
Observasi kami
lakukan di daerah Yogyakarta khususnya di kampus-kampus yang menjadi fokus
agenda PKN 2013 tersebut, tapi kami juga mencari informasi-informasi yang kami
anggap penting dari luar, agar informasi yang kami peroleh tentang fakta Pekan
Kondom Nasional (PKN) 2013 benar-benar bisa dikatakan mendekati kongkret.
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
- Hasil Wawancara
Dari hasil
wawancara yang kami lakukan ada banyak pendapat yang dikemukakan oleh
masyarakat tentang fenomena ini, tapi pemakalah akan menyantumkan beberapa saja
di dalam makalah ini karena dari sekian banyak nara sumber mempunyai argumen
yang sama, sebagai berikut:
- Bapak Sukijan (Penjual Angkringan di Klaten): Menganggap bahwa semua itu tidak penting, yang terpenting adalah bagaimana dia bisa berjualan dengan lancar, dan selama wacana itu tidak mempengaruhi dagangannya, diapun sependapat. Tapi juga sebaliknya.
- Bapak Mujahidin (Pemuka Agama): Beliau tidak setuju dengan wacana Pekan Kondom Nasional yang diadakan oleh Menkes (Menteri Kesehatan), beliau juga memberikan solusi alangkah lebih terpuji apabila dari pemerintah lebih mengutamakan untuk memberikan edukasi-edukasi yang lebih bermanfaat, dimana kita dapat mengetahui bahaya dari HIV dan AIDS itu sendiri.
- Santriwati (Mahasiswi UGM yang tidak mau disebutkan inisialnya) dia adalah salah satu yang menjadi korban pembagian kondom. Selain itu, dia mengaku terkecoh dengan pembagian tersebut, dia mengira hanya buku AIDS saja yang dibagikan, namun rupanya di dalam buku AIDS tersebut ditempelkan 3 kondom. Dia juga merasa terlecehkan dengan program itu, ”Pastinya ngerasa dilecehkan banget secara aku pakai jilbab ternyata masih dikasih juga,” sesalnya.
- Saudara Imron Ghozaly (Mahasiswa): Dia mempunyai anggapan bahwa Pemerintah lebih baik mengadakan Pekan Seks Nasional dari pada Pekan Kondom Nasioanal, dia menganggap bahwa secara tidak langsung pemerintah telah memberikan legalitasisasi seks bebas. Dia mempunyai pendapat seharusnya pemerintah membagikan songkok atau sejenisnya dan membagikan kerudung gratis untuk para remaja di Indonesia.
- Ibu Sri Hartatik (Bidan di RSUD Blora): Beliau setuju-setuju saja dengan wacana yang sedang buming ini, tapi beliau juga tidak semata-mata setuju dengan wacana ini. Beliau setuju tapi dengan catatan pembagian kondom ini dibagikan di tempat-tempat yang memang rentan terkena virus HIV dan AIDS atau biasa kita kenal dengan tempat lokalisasi seperti di Sunan Kuning, Kampung Baru, Sarkem, Dholi dll. Tidak sembarangan dibagikan kepada para remaja.
- Fadil Rizki Aprilyan (Pelajar dari Semarang): Dia sangat setuju langkah yang dibuat oleh Menkes tentang wacana ini, dia berpendapat bahwa kenapa ketika kita mendengar kata kondom identik dengan freesex, padahal kondom adalah termasuk alat medis yang membantu pencegahan virus HIV/AIDS dan program KB, dia menganggap bahwa pola pikir kita harus lebih dewasa dengan realita yang ada di kehidupan sehari hari. Pemerintah telah tepat untuk agenda ini, pemerintah tidak semata-mata hanya membagikan kondom tapi pemerintah juga menyediakan bus yang juga disa kita bisa berkonsultasi bagaimana dan apa sebenarnya HIV/AIDS itu. “toh kita juga tau, jauh-jauh hari sebelum wacana ini ada, sudah banyak para pelajar dan mahasiswa yang sudah melakukan seks bebas”, kata dia sembari tertawa.
- Hasil Observasi
Observasi adalah
metode tahap kedua yang kami pakai dalam membuat makalah ini, dari hasil
observasi yang kami lakukan bahwa mayoritas dari masyarakat Yogyakarta dan
sekitarnya sangat tidak setuju dengan wacana PKN 2013 tersebut, bukti nyata
yang terlihat bahwa puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Forum Silaturahmi
Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) Yogyakarta menggelar aksi unjukrasa atau demo di
perempatan kantor Pos Besar Yogyakarta, Minggu (1/12/2013). Aksi digelar,
bersamaan dengan aksi peringatan Hari AIDS yang dilakukan ratusan pemuda di
kawasan yang sama. Seperti yang terlihat, mereka membentangkan poster-poster
antara lain bertuliskan, “Stop Legalisasi Seks Bebas di Jogja Istimewa”, “Menkes
Cipta Bangsa Binatang”, “Stop Free Sex”, “Kondomisasi Bukan Solusi dll”.
Tapi, tidak
sedikit pula yang acuh tak acuh atas fenomena yang sedang marak dibicarakan
oleh kebanyakan masyarakat di Yogyakarta dan sekitarnya ini. Dan ini semua
dikarenakan ketidak puasan mereka atas kinerja pemerintah yang tidak mau
medengar jeritan dari rakyatnya. Sehingga mereka tidak mau memberikan komentar
apa-apa.
BAB III
PEMBAHASAN
- Fenomena Kondom
Kebanyakan dari kita, ketika
mendengar kata kondom, di dalam benak kita pasti tergambar bahwa kondom identik
dengan seks, itu semua tidak lepas dari fakta yang ada bahwa kebanyakan orang
pada zaman sekarang menyalah gunakanya agar bisa bebas berhubungan intim layaknya
suami istri dengan siapapun yang kita mau, pada dasarnya kondom termasuk alat
kesehatan. Seperti dikutip dari situs Wikipedia bahwa kondom adalah alat
kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan atau penularan penyakit kelamin
pada saat bersanggama. Kondom biasanya dibuat dari bahan karet latex dan
dipakaikan pada alat kelamin pria atau wanita pada keadaan ereksi sebelum
bersanggama (bersetubuh) atau berhubungan suami-istri. Kondom tidak hanya
dipakai oleh lelaki, terdapat pula kondom wanita yang dirancang khusus untuk
digunakan oleh wanita. Kondom ini berbentuk silinder yang dimasukkan ke dalam
alat kelamin atau kemaluan wanita.
Dan Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi
kembali menegaskan dalam konfrensi persnya bahwa kondom sama sekali bukan media
untuk berzina. Kondom menurutnya hanya salah satu alternatif untuk mencegah
penyakit menular seksual. Begitu disampaikan menkes usai acara pelantikan
Kepala BPOM di Kantor Kementerian Kesehatan.
- Asal-Usul dan Tujuan PKN
Sebelum membicarakan lebih lanjut
tentang PKN, ada baiknya kita sebagai masyarakat awam terlebih dahulu mengetahui
yang sebenarnya tentang PKN itu sendiri, Berdasarkan penjelasan Menteri
Kesehatan, Nafsiah Mboi, PKN sudah dilaksanakan setiap tahun sejak tahun 2009.
PKN diselenggarakan oleh Distributor Kondom (DKT) Indonesia bekerjasama dengan
Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) di mana dahulu Nafsiah Mboi menjadi
Sekretaris sekaligus Ketua Tim Pelaksana. Hasil estimasi tim KPAN menyebutkan
bahwa enam sampai tujuh juta laki-laki (suami) Indonesia (dengan sengaja)
“membeli” seks di tempat pelacuran sehingga infeksi HIV semakin meningkat di
kalangan laki-laki. Hal ini menyebabkan peningkatan penularan kepada ibu rumah
tangga (istri) dan bayi – yang dalam kasus ini bisa disebut sebagai pihak
“tidak bersalah”.
Berangkat dari fenomena inilah
akhirnya PKN dicetuskan. Tujuan utama penyelenggaraan PKN adalah mencegah
penularan HIV dari individu dengan perilaku seks berisiko di tempat-tempat seks
berisiko, seperti: tempat pelacuran, terminal, atau tempat hiburan. Kegiatannya
adalah mendatangi tempat-tempat seks berisiko untuk memberikan edukasi dan
membagi-bagikan kondom. Dari pernyataan inilah dapat diketahui dengan jelas
siapa target PKN dan di mana seharusnya PKN dilaksanakan. Perlu
digarisbawahi bahwa setiap program yang bertujuan “mencegah”, seperti PKN,
harus memegang teguh prinsip target: target individu (siapa), target tempat (di
mana), dan target metode (pemilihan cara pencegahan yang tepat dan efektif
sesuai dengan target individu/tempat).
- Wacana Pekan Kondom Nasional 2013 di Masyarakat
Fenomena ini sangat meresahkan
khususnya untuk masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya, yang mana dalam agenda
Pekan Kondon Nasional Yogyakarta adalah salah satu yang akan dijadikan tarjet
pembagian kondom gratis menggunakan bus yang bergambarkan artis Jupe (Julia
Perez), Pada agenda ini pemerintah lebih memfokuskan pembagian kondom ke
kampus-kampus dan tempat bergrombolnya para remaja. Seperti berita yang beredar
UGM lah yang sudah menjadi tempat dibagikannya kondom secara gratis, meskipun
banyak perdebatan di dalamnya tapi agenda itu sempat berjalan, padahal dari
Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) menyesalkan adanya aksi pembagian kondom
kepada mahasiswa yang dinilai tidak tepat sasaran. Aksi pembagian kondom gratis
yang dilakukan pada Jumat 29 November 2013, dibagikan kepada beberapa
pengendara yang melewati jalan di depan gerbang masuk UGM. "Kami sangat
menyesalkan pembagian kondom ini," tutur Sekretaris Eksekutif UGM Drs.
Gugup Kismono, MBA, Ph.D., menanggapi beredarnya informasi adanya pembagian
kondom gratis di lingkungan kampus, seperti dikutip Okezone dari laman
UGM, Selasa (3/12/2013).
Informasi yang ramai dibahas di
media sosial tentang adanya bus yang bertuliskan Menuju Pekan Kondom Nasional
2013 parkir di pintu gerbang UGM pada minggu pagi, dibantah keras oleh para mahasiswa
UGM itu sendiri. Banyak mahasiswa yang menganggap bahwa berita itu hanya isapan
jempol belaka dan realitanya tidak bisa dibuktikan. Tapi dari hasil wawancara
dan observasi yang kami lakukan tidak sedikit pula yang mengatakan bahwa memang
adanya pembagian kondom secara gratis dan bahkan sudah mendapatkan kondomnya
tersebut.
Dari sinilah kami mulai tertarik
untuk meneneliti lebih lanjut wacana pembagian kondom di daerah Yogyakarta
khususnya di UGM. Ternyata memang sempat ada pembagian kondom secara gratis di depan gerbang masuk UGM, seperti
yang telah dikumukakan oleh penjaga portal, Tri Wahyuni mengatakan dirinya
sempat menyaksikan aksi pembagian buku di depan pintu masuk pada Jumat pagi. Di
dalam buku yang dibagikan tersebut terdapat kondom. “Kebetulan saya jaga di
portal pintu keluar, mereka membagikan ke pengendara yang lewat,” katanya.
Mengetahui ada pembagian kondom
gratis, Tri langsung menegur, seraya berkoordinasi dengan petugas Satuan
Keamanan dan Ketertiban Kampus (SKKK) untuk melakukan tindakan tegas.
“Mengetahui aksinya diketahui, mereka langsung membubarkan diri,” pungkasnya.
Dari sinilah kemudian kami memiliki
kesimpulan bahwa hanya sebagian dari mahasiswa UGM yang melihat dan bahkan
sudah mendapatkan kondom gratis. Dan hampir seluruh dari mahasiswa-mahasiswi
UGM menolak dengan diadakannya Pekan Kondom Nasional (PKN) 2013. Dan mereka
berpendapat bahwa kampus mereka bukanlah tempat lokalisasi yang harus diamankan
dengan kondom, secara tidak langsung mereka tersinggung dengan agenda ini, mengapa
harus kampus UGM yang menjadi sasaran pembagian kondom, seolah-olah kampus UGM
identik dengan freesex atau seks bebas.
- Penolakan Pekan Kondom Nasional (PKN) 2013
Hampir dari lapisan masyarakat di
Yogyakarta menyatakan ketidak setujuannya untuk masalah Pembagian kondom secara
gratis seperti para orang tua, pemuka agama, pejabat, mahasiswa dan pelajar.
Mereka menyanyangkan sempat akan diadakanya agenda itu, bahkan memakai
kondompun tidak efektif untuk mencegah tertularnya virus HIV dan AIDS seperti
halnya hasil dari yang menyebutkan bahwa ada penelitian yang menyebutkan bahwa ukuran
pori-pori kondom jauh lebih besar dari ukuran virus HIV. Ukuran pori-pori
kondom sebesar 1/60 mikron dalam kondisi normal dan membesar menjadi 1/6 mikron
saat dipakai. Sedangkan ukuran virus HIV hanya 1/250 mikron sehingga virus HIV
sangat mudah bebas keluar masuk melalui pori-pori kondom. Meskipun penelitian
ini masih belum diketahui oleh banyak orang, tetapi hasil dari penelitian ini
banyak disertakan di media-media sosial dan di buletin-buletin bersamaan dengan
berita penolakan PKN tersebut.
Fenomena ini memang menyita banyak
pihak, tidak terkecuali Kepala Negara kita seperti dikutip melalui detikhealth
yaitu Presiden Susilo Bambang Yudoyono ikut mengomentari PKN melalui akun twitter
pribadinya @SBYudhoyono, Presiden SBY mengadakan jajak pendapat soal isu
terkini yang ada di masyarakat, Presiden SBY mengatakan bahwa kondom memang
efektif untuk mencegah HIV-AIDS. Namun beliau mengatakan kalau proses
sosialisasi yang dilaksanakan tidak boleh salah, karena negara kita masih
memiliki norma agama dan budaya timur.
- Kontroversi Tentang Pekan Kondom Nasional 2013
Ada yang janggal dengan agenda Pekan
Kondom Nasional 2013 ini, yang mana PKN telah bergulir sejak tahun 2009 dan
tidak menuai kontroversi seperti yang ada pada tahun ini, dari berbagai berita
yang beredar. Menurut Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron bahwa Pekan Kondom
Nasional bukan kegiatan yang digelar pihaknya. Kegiatan itu diprakarsai dan
dilaksanakan pihak swasta, yaitu DKT Indonesia yang merupakan salah satu
distributor kondom di Indonesia, dengan sepengetahuan Komisi Penanggulangan
AIDS Nasional (KPAN).
Karena menuai kontroversi,
Kementerian Kesehatan pun yang meminta agar kegiatan kampanye Komunikasi
Informasi dan Edukasi (KIE) itu distop. Bahkan bus bertulisan 'Pekan Kondom
Nasional' juga diminta berhenti beroperasi. "Sesuai hasil pertemuan dengan
KPAN dan DKT Indonesia, Kementerian Kesehatan telah meminta DKT Indonesia untuk
menghentikan kegiatan kampanye dengan menggunakan bus bertulisan Pekan Kondom
Nasional," tulis siaran pers Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal
Kementerian Kesehatan, seperti dilansir setkab.go.id, Rabu (4/12/2013).
Usut punya usut, Pekan Kondom
Nasional pada tahun ini telah disalah gunakan oleh salah satu distributor
kondom di indonesia sebagai ajang untuk promosi kondom tersebut, mereka adalah
sponship dalam agenda ini dalam beberapa tahun terakhir ini. Tapi tidak bisa
kita pungkiri atau bahkan memang agenda ini sudah memiliki kesepakan yang sudah
di buat antara pemerintah atau Menkes dengan sponsor yaitu distributor kondom
atau sudha sengaja dibuatnya kesepakatan seperti ini, itu yang sampai saat ini masih
menjadi tanda tanya dan belum diketahui dengan pasti oleh peneliti.
- Solusi
Dari hasil wawancara dan observasi
kami di daerah Yogyakarta, kami sebagai peneliti dan pemakalah mencoba mberikan
solusi-solusi yang mungkin bisa lebih bijaksana untuk mensikapi dari Pekan
Kondom Nasional yang bertujuan untuk memperingati Hari HIV/AIDS Sedunia, yaitu:
ü Pemerintah seharusnya memblokir semua situs-situs yang berbau pornografi
agar mencegah terjadinga pelecehan seksual, meskipun itu semua kempali pada
individu masing-masing.
ü Peran orang tua sangatlah berpengaruh besar. Sebagai orang tua harus
memberikan protec yang lebih kepada anak-anaknya.
ü Lebih memfokuskan untuk memberikan edukasi-edukasi masalah bahaya HIV dan
AIDS dari pada membagikan kondom secara gratis.
ü Mengajarkan generasi muda kita tentang pentingnya masa depan tanpa freesex,
dan memberikan pengajaran agama sejak dini.
Mungkin hanya itu opsi
yang bisa kami berikan dan usulkan, memang tidak selamanya pemerintah itu harus
kita salahkan, kita sebagai warga indonesia tetap harus memberikan apresiasi
kepada mereka yang mana mereka adalah kepemerintahan yang sah, meskipun pada
akhir-akhir ini sering memberikan keputusan yang kontroversi.
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penjabaran
makalah ini “Fenomena Pekan Kondom Nasional (Pro dan Kontra)”, dari sini
pemakalah memberikan kesimpulan bahwa masyarakat Yogyakarta hampir 80% tidak
setuju, 15% bisa dikatan setuju dan 5% tidak peduli tentang adanya fenomena
ini. Intinya bahwa peneliti menarik kesimpulan, hampir semua masyarakat
Yogyakarta beranggapan bahwa kondom bukanlah solusi dalam mencegah penyebaran
HIV/AIDS dan terbukti dari sekian tahun program ini berjalan tidak mengurangi
bahkan jumlah ODHA bertambah banyak. Solusi yang tepat adalah dengan jauhi seks
bebas, narkoba dan kembali kepada agama dengan membentengi akidah dengan iman dan
taqwa. Peran orang tua, lingkungan dan Pemerintah juga sangat berpengaruh dalam
proses penanggulangan seks bebas atau freesex ini, dan itu semua tak
lepas dari kesadaran individu masing-masing.
B. Daftar
Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar