HARLAH KAMABA Ke-15 REFLEKSI HARI
KEBANGKITAN NASIONAL
Dua puluh mei menjadi
momentum hari kebangkitan nasional, tidak dipungkiri dan tidak disengaja
tanggal itu pula menjadi hari lahir organisasi daerah yang bernama Keluarga
Mahasiswa Blora Yogyakarta atau yang kita sebut sebagai KAMABA YOGYAKARTA.
Sebagai perenungan atas hari lahir tersebut maka pengurus berusaha
mengaktualisasi kedalam bentuk kegiatan berupa sarasehan budaya dengan tema “Budaya
Samin dalam Perspektif Sosial”.
Kegiatan yang dilaksanakan
di Aula Ruang Utama Gedung balaikota Yogyakarta itu dihadiri oleh berbagai
elemen organisasi daerah seperti Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa daerah se
Indonesia (IKPMDI Yogyakarta), IKPM Jateng, Organisasi Kedaerahan Sejateng, dan
Masyarakat umum yang peduli terhadap Budaya pada umumnya dan Budaya Samin Pada
Khususnya. Dalam sambutannya, Kisto Adi
Dirgantara sebagai ketua pelaksana mengatakan hari kebangkitan nasional yang
sekaligus hari lahir Kamaba mampu
menjadi momentum merapatkan barisan kepada seluruh anggota kamaba untuk
sepenuhnya dapat bermanfaat bagi kemajuan Kabupaten Blora. Mohammad Mustaqim
ketua umum Kamaba menambahkan, segala potensi dalam kaitannya tentang
kepemudaan yang dimiliki anggota Kamaba mempunyai peran penting untuk
pembangunan daerah, maka dari itu harus berjalan bersama-sama. Dewan Penasehat
dan Dewan Pembina organisasi yang diwakili oleh Yusuf Aksin Saqo S, Hum dalam
sambutannya mengatakan, organisasi sebesar Kamaba harus seimbang dalam
melakukan kegiatan baik itu di Yogyakarta ataupun di Blora mengingat masih
banyak organisasi kedaerahan serupa yang masih sulit untuk diterima masyarakat.
Beliau menambahkan dan berpesan agar teman-teman di Kamaba harus menguatkan
budaya diskusi karena organisasi besar tanpa budaya diskusi yang kuat bagaikan
buih yang sangat mudah untuk terombang ambing. Rangkaian acara pembukaan
diakhiri dengan pemotongan tumpeng oleh ketua umum kamaba dan diberikan kepada
ketua umum IKPMDI Yogyakarta sebagai simbol bahwa seluruh elemen organisasi
etnis dan kedaerahan di Yogyakarta mampu bersatu dan kompak.
Rangkaian acara dilanjutkan
sarasehan dengan pembicara bapak Gatot Pranoto ST sebagai budayawan Blora yang
memaparkan materi tentang sejarah Blora dan Masyarakat Samin. Dalam
penjelasannya Samin Surosentiko mempunyai leluhur di daerah Tulungagung, lahir
di Ploso Kediren Randublatung Kabupaten Blora. Masyarakat Samin atau yang
sering disapa Sedulur Sikep baru merupakan kelompok dan belum termasuk SUKU,
dengan ajaran utama yaitu tentang kejujuran, larangan iri, dengki terhadap
sesama. Ajaran universal yang semua agama meyakini itu. Sedulur Sikep memilih
Pertanian dan Peternakan sebagai penghasilan utama. Pembicara kedua bapak Alfu
Ni’am Alwie M. Phil seorang aktivis, dosen dan pemerhati sosial budaya
memaparkan materi SAMIN(isme) dari gerakan sosial keagamaan menuju politik
perlawanan. Beliau meyakini bahwa samin Surosentiko adalah seorang intelektual,
mempunyai gaya kepemimpinan yang khas dalam melakukan perlawanan terhadap
pemerintah kolonial Belanda salah satunya adalah menolak membayar pajak. Fakta
sejarah yang seringkali luput dari perhatian adalah ketika Samin Surosentiko
pada 7 Februari 1889 memberikan
statement politik di oro-oro dusun
Bapangan Kabupaten Blora mengkampanyekan Gerakan Berdirinya Kerajaan Jawa. Yang
berkembang di sosial masyarakat pada saat ini adalah Saminisme (faham), Samin (ajaran
/ budaya Samin), dan Nyamin (Perilaku menyerupai Samin) yang
sebenarnya tidak faham filosofi, ideologi dan ajaran Samin. Ajaran Samin soal
moralitas bagaimana seharusnya bermasyarakat berkaitan dengan kejujuran,
kesederhanaan, tidak mau menyakiti sesama dan tidak ingin memiliki sesuatu yang
bukan miliknya bisa dijadikan spirit masyarakat Blora pada umumnya dan pejabat
Pemkab pada khususnya, selain itu saya menuntut kepada pemkab untuk lebih
perhatian dan memberikan dana khusus untuk penelitian tentang Samin berupa
Beasiswa atau subsidi Khusus kepada Kamaba, Saya pribadi mendorong untuk
senantiasa berdiskusi dan memperbanyak informasi tentang Samin, sehingga ajaran
dan Budaya Samin tidak disalahartikan serta dianggap negatif. Saya kira sudah
diadakan kongres masyarakat Samin dengan melibatkan berbagai elemen mulai dario
mahasiswa, Pemda dan pengikut Samin yang berada di berbagai daerah saat ini
lanjut dosen dan aktivis yang asliu blora itu. Bapak Bahagia, salah satu audien
yang juga seorang peneliti mengemukanan pendapat bahwa Masyarakat Samin
mempunyai kearifan lokal yang mampu mendorong pembangunan yang berkelanjutan.
Maka perlu adanya peran pemerintah untuk melestarikan lokal yang dimiliki oleh
Masyarakat Samin.
Acara sarasehan kemudian
diakhiri dengan komitmen seluruh peserta kongres dan KAMABA untuk bersama-sama nguri-nguri Samin dalan konteks tradisi
dan budaya, juga riset dan penelitian Samin agar terus diadakan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan identitas kebangsaan.@kamaba_jogja
(Divisi informasi dan Komunikasi
Keluarga Mahasiswa Blora KAMABA Yogyakarta - InfoBlora)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar