Rabu, 24 Oktober 2012

Al-Qur'an Menurut Arkoun


الحمدلله الذى جعل اللأرض فراشا والسماء بناء فأخرج به من الثمرات رزقالجميع كافة الأنام. صلاة وسلاما دائمين متلازمين على حبيبنا وشفيعنا سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم ختيم النبيين وإمام المتقين من ترجى شفاعته يوم الدين.  يهديكم الله كلام الله لاإله إلاالله محمدرسول الله فيا سيدالبراكة ويا إمام الكرامةأما بعد.
Segala puji syukur kehadirat ilahi robbi atas segala ni’mat yang diberikan kepada kita semua sehingga kita dapat berkumpul dalam kesempatan yang berbahagia ini.
Shalawat serta salam tak lupa tercurahkan kepada sang revolusioner kita, Nabi agung Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari jalan kegelapan, Zaman jahiliyyah menuju zaman terang benderang yakni Addinul Islam.

           Tidak lupa kami ucapkan ribuan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Al-Qur’an yang memberikan kami kesempatan untuk menyampaikan prsentasi tentang pembahasan secara kelompok.
Mengawali pembahasan kita pada sore yang berbahagia ini, kami akan memperkenalkan anggota kelo
mpok kami kami :
·         Ahmad Ihsan Syarifuddin.
·         Athiyyatu Robbil Izzati.
·         Chollifudin Al-syah.  
·         Fahmi Ainun Nazil.
 
Pendahuluan
Seperti yang telah kita ketahui bahwasannya al-qur’an adalah suatu kitab yang diturunkan kepada nabi kita nabi Muhammad SAW dengan perantara Jibril AS. Sedangkan pengertian al-qur’an dari segi bahasa adalah masdar dari fiil mahmuz yang diwazankan dari kalimat fu’laanun terambil dari kata “qoro’a”  yang berarti “talaa”. Dan ma’na al-qur’an secara terminologi adalah wahyu Allah yag diturunkan atas Nabi Muhammad SAW dengan perantara jibril yang lafadznya adalah suatu mu’jizat dan bacaannya merupakan suatu ibadah, dan secara turun temurun berpindah kepada kita dengan mutawattir yang tertulis didalam mushaf-mushaf diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas.
Dalam Era Globalisasi saat ini, telah banyak kita temukan berbagai perbedaan pendapat atas pemikiran para ulama dalam berpendapat dn berargumen mengenai Al-Qur’an sehingga tidak sedikit pula golongan ataupun aliran yang saling bermunculan mengemukakan perbedaan pemahaman terhadap Al-Qur’an.
Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini kami mencoba untuk mempresentasikan pendapat salah satu ulama besar yang memiliki pemikiran tentang Metode Cara Membaca Al-Qur’an yang efektif.

Cara Membaca Al-Qur’an menurut Mohammed Arkoun
A.     Sejarah Singkat Muhammad Arkoun
Muhammad Arkoun adalah salah satu tokoh modernisasi islam yang  lahir di Tourirt-Mimoun, Kabilia, Aljazair
di
daerah tempat tinggal Arkoun Islam masuk di daerah Arkoun di Tourirt-Mimoun, Kabilia, Aljazair setelah ditaklukannya bangsa Arab pada tahun 682, tepatnya pada masa kekhalifahan Yazid bin Mu’awiyah ( Dinasti Umayyah ).Proses islamisasi bangsa tersebut diwarnai dengan adanya nuansa sufisme yang menjadikan bermunculanya berbagai macam aliran tarekat.
Ada 3 bahasa yang biasa digunakan Arkoun dalam kehidupan sehari-harinya. Bahasa yang pertama adalah Bahasa Kabilia bahasa ini adalah bahasa  sehari-hari masyarakat yang merupakan bahasa tanpa tulisan. Bahasa kedua adalah Bahasa Perancis, bahasa resmi sekolah dan urusan administratif. Sedangkan bahasa yang terakhir adalah Bahasa Arab, bahasa ini yang digunakan sebagai alat pengungkapan tertulis mengenai ajaran keagamaan yang mengaitkan negri Aljazair dengan Timur Tengah.

Arkoun juga mempunyai riwayat pendidikan dan beberapa pengalaman yang menakjubkan diantaranya adalah
menjadi m
ahasiswa di Universitas Aljir dengan jurusan BSA tahun 1950-1954, sekaligus mengajar di Sekolah Menengah Atas di Al-Harrach. Dan dia melanjutkan studinya di Paris pada tahun 1954-1962. Diapun kemudian diangkat menjadi dosen di Sobone pada tahun 1961, dan mendapat gelar Doktor Sastra pada tahun 1969. Lalu dia menjabat sebagai Direktur Ilmiah jurnal studi islam Arabica, dan menjabat sebagai anggota panitia nasional AIDS, dia juga menjabat sebagai anggota Legium kehormatan Perancis. Dan dia mempunyai banyak pengalamanya sebagai dosen tamu di berbagai Universitas di Perancis.
Ada beberapa perbedaan antara Sejarawan Pemikiran dan Sejarawan Pemikir menurut Arkoun diantaranya adalah:
Ø  Sejarawan Pemikiran adalah para sejarawan yang hanya menggali asal-usul pemikiran ( sejarawan murni ).
Ø  Sejarawan Pemikir adalah sejarawan yang setelah mendapatkan data-data obyektif, ia bisa juga mengolah data tersebut dengan memakai analisis filosofis.

B.     Kerangka Proyek Kritik Akal Islam Arkoun
Ada beberapa ilmu yang didalami oleh Arkoun diantaranya adalah Ilmu Lingustik, Ilmu Sejarah, dan Ilmu Antropologi. Dengan itu Arkounpun mempunyai hasil pemikiran di dalam menggali epitisme Michael Faucault secara geologis (pemikiran akal arab islam), yaitu dengan membagi pandanganya ke dalam 3 pengelompokan yang pertama adalah klasik, yaitu sistem pemikiran yang diwakili oleh pemula dan pembentuk peradaban islam, selanjutnya adalah modern, yaitu segala sesuatu yang dikenal dengan sebutan kebangkitan dan revolusi, yang terakhir adalah kolastik, yaitu suatu jenjang yang merupakan medan taklid sistem berfikir ummat islam.
Dari ketiga pembagian di atas, Arkoun bermaksud menjelaskan sesuatu yang terfikirkan dan sesuatu yang tidak terfikirkan.Untuk itu Arkoun menjamah jantung eksistensinya dengan  Al-Qur’an, Sunnah, dan Ushul. Ada beberapa tantangan pemikiran modern yang dihadapi Arkoun dalam memahami Al-Qur’an yaitu :
Ø  Ortodoksisme  : Paham ini yang selalu menekankan pada penafsiran nash yang pasti benar.
Ø  Dogmatisme     : Yaitu pemikiran percampuran wahyu dengan non wahyu.
Arkoun mempunyai penemuan atas Karakteristik Umum akal-akal islam yaitu ketundukan akal terhadap wahyu penemuan ini punya pandangan bahwa wahyu mempunyai  kedudukan dan posisi lebih tinggi, karena berhadapan dengan akal-akal manusia yang memiliki watak transendentalitas. Penemuan kedua adalah penghormatan dan ketaatan kepada otoritas agung. Penemuan yang terakhir adalah cara pandang terhadap alam (yang khas menurut abad pertengahan yang jauh sebelum terlahirnya astronomi modern.
Dari keberagaman pendapat orang terhadap Al-Qur’an inilah maka Arkoun merumuskan masalah “Bagaimana kita membaca Al-Qur’an secara baru ?”. Oleh sebab itulah Arkoun menulis karya tentang metodologi “Cara Membaca Al-Qur’an”
C.      Apa itu Al-Qur‘an dan apa tujuan membacanya?
            Apa itu Al-Qur’an ? Arkoun juga mempunyai Analisis semiotic mengenai Al-Qur’an, bahwa Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diterapkan dan disampaikan Nabi Muhammad kepada umat yang tidak berkurang dalam beberapa dasawarsa. Al-Qur’an  juga mempunyai nama-nama yang bermacam-macam merupakan hasil dari bentuk pemikiran ulama’ yang memiliki argument dan alasan-alasan tersendiri, diantaranya adalah Al-Furqon(Al-Furqon:1), Al-kitab(Ad-Dukhon:1-2), Kalam(At-Taubah:6), An-Nur(An-Nisa’:174), Mau’idzoh (Yunus:57) dan banyak yang lainnya.
            Arkoun juga mempunyai argumen tentang bagaimana proses turunnya al-qur’an, yang selama ini banyak beberapa pendangan yang malang melintang, inilah pendapat Arkoun:
            Pertama, Al-Qur’an bermula dari lauhil mahfudz yang merupakan takdir-takdir tertulis dari kalam Allah (KL)
            Kedua, Proses turunnya wahyu Allah kepada Muhammad dengan bahasa arab dalam kurun waktu 610-632 disebut Arkoun sebagai wacana Al-Qur’an, hal ini dikarenakan Al-Qur’an masih dalam bentuk pemurnian dengan adanya para khuffadz pada zaman Rosulullah.
            Ketiga, Masa penulisan Qur’an tadwimul qur’an pada masa Ustman/ KRT (korpustertutup).
            Terakhir, Mulai dari masa penulisan sampai sekarang banyak ulama’ yang mencoba untuk menafsirkan Al-Qur’an dengan mengedepankan ideology serta pendapat individu, zaman ini disebut korpustertafsir (KT)

Adapun tujuan membaca Al-Qur’an menurut Arkoun adalah untuk mendapatkan teks al-qur’an (napaktilas) dan bukan hanya untuk mengerti teks.


D.     Aturan-aturan membaca Al-Qur’an

Di dalam membaca Al-Qur’an Arkoun menerapkan beberapa cara untuk mendapatkan makna terperinci dari membaca Al-Qur’an dengan 3 metode yaitu
Pertama, Momen linguistik kritis adalah momen yang memungkinkan kita untuk menemukan keteraturan dasar di bawah keteraturan yang tampak,
Kedua, Autropologi / momen Antropologi adalah memehami Al-Qur’an dari susunan bahasanya yang bersifat mistis, adapun momen antropologi di bagi menjadi 4 yaitu:
·         Benar yaitu belum digalakan mistis lain
·         Efektif yaitu berhubungan dengan purba penciptaan dan membahas waktu yang istimewa
·         Spontan yaitu merupakan pancaran terus menerus dari kepastian yang tidak butuh pembuktian tapi kesesuaian yang mendasar
·         Simbolis yaitu adanya satuan yang saling menguatkan dan membangu nkepercayaan pada hakikat dunia yang benar dan pasti.
Ketiga, Suatu historis untuk menetapkan jangkauan dan batasan tafsir logika dan tafsir imajinatif yang sampai hari ini masih dicoba kaum muslim.
Adapun Tujuan Arkoun menerapkan 3 cara diatas adalah untuk mengangkat makna Al-Qur’an dengan meneliti segala aspek sejarah turunnya Al-Qur’an dan menjelaskan kerancuan-kerancuan dan menghilangkan kesalahan penyimpangan terhadap ilmu yang terkandung dalam Al-Qur’an. Menerapkan kriteriologi yang di dalamnya akan dianalisis motif yang dikemukakan kecerdasan masa kini baik untuk menolak maupun untuk mempertahankan konsep yang dipelajari dari Al-Qur’an.





Daftar Pustaka
Mohammed Arkoun, “Metode Kritik Akal Islam”,              dalam Jurnal Ulumul Qur’an, nomor 6 vol. V 1994, h. 157.

internet : http://metode-membaca-alquran-efektif-muhammad-arkoun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar